PERILAKU REPRODUKSI PADA HEWAN
A. PENYEBAB MUNCULNYA AKTIFITAS REPRODUKSI HEWAN
B. PENYEBAB TERJADINYA REPRODUKSI HEWAN
C. TEKNIK ATAU LANGKAH – LANGKAH SEBELUM MENGAMATI REPRODUKSI HEWAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pengumpulan sampel dilapangan merupakan langkah dasar dalam rangka pemahaman biologi hidupan liar . secara sederhana kegiatan penelitian dilapangan merupakan observasi secara langsung dari hidupan liar di alam aslinya. Tetapi beberapa jenis mamalia sangat bersifat tertutup dan baru aktif keluar dimalam hari.sehingga seringkali pengamatan langsung sulit untuk dilaksanakan,selain itu pengamatan biologi seringkali tidak dapat dilakukan hanya melalui pengamatan sederhana dan sesekali saja. Oleh sebab itu, penangkapan satwa liar kadangkala merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari rangkaian proses penelitian reproduksi .untuk itu perlu ada rambu-rambu dalam proses penangkapan satwa liar ini baik untuk tujuan koleksi spesimen permanen atau koleksi sesaat untuk kemudian dilepas kembali.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KELAS PISCES :
PERILAKU SEBELUM REPRODUKSI PADA PISCES
Salah satu segi terpenting pada makhluk hidup adalah kemampuannya mengembangbiak (reproduksi). Reproduksi makhluk hidup merupakan suatu proses dalam usaha mempertahanka beradaan jenisnya di alam. Ada dua cara beda pada makhluk hidup dalam membentuk keturunan, yaitu reproduksi secara seksual dan secara aseksual. Reproduksi secara seksual terjadi karena karena bertemunya gamet (sperma) dengan gamet betina (ovum) sedangkan pada reproduksi aseksual, keturunan yang terbentuk tanpa proses pembuahan (KIMBALL 1994).
Ikan merupakan salah satu makhluk yang secara umum bereproduksi secara seksual, dalam proses reproduksinya, ikan mempunyai tingkah laku dan tata cara yang berbeda-beda, mulai dari tingkah laku meminang dan kawin, memijah, sampai penjagaan terhadap anak-anaknya. Pada tulisan ini, diuraikan mengenai tingkah laku reproduksi ikan tersebut. Pola Reproduksi pada Ikan , jantan dan betina merupakan individu yang terpisah, untuk kemudian mereka harus bertemu atau bersama-sama pada masa kawin (reproduksi) . Reproduksi seksual pada ikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu reproduksi secara internal dan reproduksi secara eksternal.
Tingkah Laku Meminang dan Kawin pada Ikan
Ikan mempunyai cara yang berbeda-bedadalam tingkah laku meminang (courrship) dan tingkah laku kawinnya (Mating). Dalam tingkah laku tersebut, ikan jantan dan betina dewasa sama-sama melepaskan sperma dan telur melalui bermacam cara agar terjadi pembuahan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Selain dapat memberikan ketepatan waktu dalam pelepasan sperma dan telur agar pembuahan dapat berhasil baik, tingkah laku meminang juga dapat menjamin dua individu yang berpasangan tersebut berasal dari jenis yang sama. Individu jantan dari setiap jenis ikan mempunyai tanda-tanda atau sinyal tersendiri yang hanya dimengerti oleh betina dari jenisnya. Begitu pula ikan betina mempunyai sinyal-sinyal khusus yang hanya dimengerti oleh individu jantannya (PATENT 1976).
Di alam sangat jarang terjadi perkawinan antar dua jenis ikan yang berbeda (Crossbreed). Andai pun terjadi, embrio yang dihasilkan biasanyatidak berkembang dengan baik. Walaupun dapat tumbuh hingga dewasa, individu tersebut biasanya menjadi individu steril (mandul) dan tidak dapat oduksi. Apabila seekor individu ikan membuat kesalahan dengan melakukan perkawinan dengan individu dari jenis lain,spemanya hanya akan terbuang percuma. Oleh karena itu, jenis-jenisyang hidup bersama di dalam lingkup yang sama, mempunyai tingkah laku inang dan tingkah laku kawin yang berbeda-beda, sehingga mereka hanya dapat melakukan perkawinan dengan pasangan dari yang sama (PATENT 1976). Biasanya individu jantan berperan aktif dalam tahap pinangan daripada individu betina. jantan harus dapat meyakinkan iduk betina untuk dapat berpasangan dengannya, agar betina tersebut dapat bekerja hingga proses pembuahan dapat berhasil. Pada ikan-ikan karang, ikan jantan umunmya mempunyai warna yang mencolok dan lebih cerah daripada ikan betina. Selain untuk menarik perhatian ikan betina, warna yang cerah pada ikan-ikan betina juga dapat memberikan kesempatan ikan jantan tersebut untuk mengenalinya, karna umumnya ikan-ikan betina memiliki warna yang kusam dan corak tubuh kurang menarik (PATENT 1976). Ikanjantan juga biasanya bergerak aktif dan jantan seperti menari di sekitar ikan betina dapat menarik perhatiannya.umumnya ikan-ikan jantan dari Pomacanthidae memiliki tingkah laku, dengan cara berenang ke arah permukaan lalu turun kembali sambil melakukan gerakan-gerakan tertentu untu menarik perhatian ikan betinanya.Semasa musim kawin, ikan-ikan jantan biasanya memrubah dirinya dengan warna yang lebih terang seperti merah,atau hitam (PATENT 1976). Tingkah laku ini dapat memberikan pesan-pesan tertentu, antara lain adalah memberi tanda- tanda pada betina bahwa jantan tersebut telah siap untuk kawin. Hal ini menandakan pula pada ikan jantan lain bahwa ikan jantan tersebut telah siap untuk mempertahankan wilayahnya , karena umumnya ikan-ikan jantan tersebut mulai membuat sarang pada musim kawin. Biasanya ikan-ikan yang bergerak lincah mempunyai warna tubuh yang cerah. Sedangkan ikan-ikan yang cenderung diam, atau pun yang berbentuk menakutkan, mempunyai warna yang cenderung pucat. Selain warna, pada jenis ikan lain yang siap kawin mempunyai tanda-tanda khusus, seperti bagian perut yang membengkak pada ikan betina karena penuh berisi telur, yang juga dapat menarik minat ikan jantan. Jantan dan betina kadang juga mempunyai bentuk yang berbeda. Selain itu, tingkah laku ikan juga dapat membedakan jenis kelamin dan tingkat kedewasaannya. Ikan betina yang siap kawin mempunyai tingkah laku yang berbeda dengan ikan jantan ataupun ikan betina yang belum dewasa. Sebagai contoh adalah tingkah laku menggerak-gerakan sirip yang dapat menunjukkan’selera~ikan tersebut. Pada ikan - ikan yang bergerak lincah, ketika musim kawin cenderung untuk membentangkan sirip mereka lebar-lebar, sebagai cara untuk berkomunikasi dengan yang lainnya (PATENT 1976). Tingkah laku meminang dan penjagaan wilayah secara detail berbeda-beda dari tiap jenis ikan teleosteik. Tapi secam umum mempunyai cara yang sama, ,yaitu umummya ikan jantan menentukan wilayah tertentu sebagai sarang dan daerah kekuasaannya selama masa reproduksi. Fungsi sarang tersebut antara lain adalah mempermudah ikan betinanya menemukan pasangannya dengan mendatangi daerah kekuasan ikan jantan tersebut. Daerah kekuasaan ikan merupakan tempat perlindungan yang aman bagi betina untuk meletakkan telur-telurya dan juga untuk membesarkan anak-anaknya . Di daerah kekuasaan tersebut, jantan cenderung mempertahankannya dari ikan jantan lain atau pun jenis yang lain. Apabila ada ikan jantan lain berenang mendekat, maka ikan tersebut akan menyerangnya. Ada yang menggunakan lengan menghampiri ikan yang selagi dengan mulut yang terbuka lebar sambil membentangkan sirip-siripnya ber tujuan untuk menakut-nakutinya. Biasanya ikan pendatang akan pergi, tetapi apabila tidak maka akan berkelahian baik dengan menggunakan tamparan sirip-siripnya, atau pun menggunakan ekornya. Umum nya jantan yang menjaga sarangnya selalu dalam perkelahian, sehingga proses perkawinan dapat berlangsung tanpa ada gangguan. Ikan-ikan yang hidup di daerah karang, biasanya memiliki wilayah untuk bereproduksi dan mengembang biak . Sebagai contoh adalah ikan-ikan (Amphiprion spp.) dan ikan Sersan (A budefdf sp.). Ikan Anemon atau jiru merupakan ikan yang hidup bersimbiosis dengan anemon. Mereka gunakan ananon sebagi tempat untuk hidup dan berkembang biak. Satu anemone kadang dijadikan sebagai tempat bagi hanya sepasang ikan anemon.
Pada ikan Sersan mayor , selama kawin mereka bergerak keluar batas karang. Di sana mereka berenang ketepian terumbu karang dengan arah yang berlawanan. ikan-ikan jantan bertugas mencari gua dan celah karang, untuk kemudian memisahkan diri dari gerombolannya. Apabila jantan telahh menemukan tempat yang untuk dijadikan sarangnya, mereka menetap hingga musim kawin selesai. Secara berangsur-angsur, beberapa ikan jantan akan berkoloni di dalam gua karang kemudian membuat sarang masing-masing. Mereka bekerja menggali dan membersihkan sarangnya untuk kemudian berdiam menunggu rombongan ikan dari jenisnya lewat. Ketika gerombolan ikan Sersan mayor melintasi sarangnya, ikan-ikan jantan tersebut bergerak aktif untuk menarik perhatian betina. Beberapa betina kemudian mengikuti si jantan ke sarangnya, untuk kemudian meletakkan telur-telurya d i sana. Setelah rnelepaskan telur-telurnya, ikan betina akan pergi meninggalkan sarang, sedangkan ikan jantan, setelah membuahi telur-telur tersebut, tetap berada di sarang untuk menjaga telur-telur hingga menetass (Gambar 2). Ikan jantan akan pergi meninggalkan sarangnya setelah telur- telur menetas dan membiarkan larva-larva ikan untuk bertahan hidup sendiri (PATENT 1976).
Meskipun tingkah laku secara visual merupakan ha1 yang paling penting dalam proses pinangan, beberapa jenis ikan juga mempunyai tingkah laku lain yang khas, seperti mengeluarkan bunyi-bunyian tertentu. Bunyi yang dikeluarkan oleh ikan jantan biasanya merupakan tanda peringatan bagi jantan lain yang memasuki wilayahnya, ataupun untuk menarik perhatian ikan betina.
Masa Memijah Proses memijah pada ikan berbeda- beda antar kelompok ikan. Umumnya ikan- ikan betina meletakkan telur-telurnya di dasar perairan untuk kemudian dibuahi oleh ikan jantan sementara ikan betina menungguinya. Pada jenis ikan lain, ada yang memijah dengan cara berenang berdekatan secara besama-sama, dan ada pula yang memodifikasi sirip ekorya (pada ikan jantan) untuk dilingkarkan pada tubuh betina, untuk kemudian keduanya secara bersama-sama melepaskan sperma dan telurr (PATENT 1976).
Gambar 2. Tingkah, laku meminang dan kawin pada ikan Sersan Mayor (Abudef&f sp.)
Banyak jenis ikan terutama yang hidup daerah tropis, bereproduksi sepanjang masa. Tetapi, kebanyakan jenis ikan mempunyai waktu” memijabnya sendiri-sendiri.
yang biasa memiijabnya pada bulan punama, la pula yang memijah ketika terjadi di air bahwa memijah pada ikan karang tropis, ,pyge inferruptus adalah berkisar pada Mei dan Oktober, dengan suhu dan matahari sebagai faktor pembatasnya tersebut tidak akan memijah pada suhu 22’C. Ikan-ikan dari suku Pomacanthidae pada saat 10 menit sebelum sampai 5 sesudah terbenamnya matahari. Faktor lingkungan yang lain mengalami terjadinya pemijahan adalah :
1. Pada daerah subtropis, pemijahan terjadi pada musim semi dan awal panas, ketika itu makanan berlimpah tersedia waktu yang cukup bagi larva untuk tumbuh lebih kuat sebelum dating masa dingin ” (PATENT 1976). Induk Ikan sebagai salah satu hewan perairan mempunyai cara yang sangat beragam dan kadang kala melakukan hal- ha1 yang unik melindungi telurr-telurnya. Beberapa yang hidup di perairan dangkal, menghasilkan telur yang lebih sedikit, tetapi akan cenderung melindungi telur-telur akan dari bahaya atau pun perubahan suhu. Telur ada yang diletakkan pada tumbuhan air. Hal ini membuat telur tersebut tahan terhadap hempasan api mempermudah bagi pemangsa untukpermukan telur-telur tersebut. Penjagaan terhadap telur-telur tersebut indah yang mencegah mereka menjadi santapan yang lain. Menurut KIMBALL (1994), sangat sulit hewan akuatik yang memelihara telur- telumya setelah dibuahi. Beberapa ikan karang ada yang menjaga telur-telurya hingga menetas, dan tetap melindungi anaknya yang masih muda hingga mereka mampu hidup mandiri di perairan. Pada beberapa jenis ikan kedua induk baik induk betina maupun jantan menjaga telur dan anak anaknya yang masih muda. Sedangkan pada ikan-ikan gobi (suk” Gobiidae), hanya ikan jantan yang menjaga sarangnya yang berisi telur dari pemangsa. Ikan pari duri jantan membuat sarang dan menjaga serta memberi pada telur yang diletakkan di dalamnya. Secara khas jenis ini menghasilkan telur dalam jumlah yang tidak begitu banyak (KIMBALL 1994).
Beberapa jenis ikan sembilang betina bertingkah seperti mengerami telur-telurnya, mereka menutupi telur-telur tersebut dengan penutupnya hingga menetas. Sedangkan cara berbeda dilakukan ikan salmon yang bermigrasi ke perairan tawar (sungai) dengan kencang, dimana terdapat sedikit pemangsa yang hidup disana, untuk kemudian menguburkan telur-telumya di dasar pasir sebagai tindakan penjagaan (PATENT 1976).
Ada pula yang melakukan penjagaan terhadap telur dan anak-anaknya yang masih muda dengan menyimpan di dalamm mulutya (Mouth-bvxxfers). Ikan induk, biasanya betina, meletakkan telur-telurya di dalam mulut sampai saat menetas dan tetap menjaganya. Walaupun telah menetas, ikan- ikan kecil tersebut tetap menjadikan mulut induknya sebagai tempat perlindungan sampai mereka cukup kuat dan mampu mempertahankan diri sendiri. Contoh ikan dengan tingkah laku seperti ini terdapat pada ikan-ikan suku Apogonidae dan beberapa jenis ikan karang yang biasa hidup di lubang –lubang atau” gua karang. Selain sebagai tempat perlindungan telur atau anak-anak ikan dari musuh-musuhnya, mulut induk ikan juga berperan sebagai wadah inkubasi yang baik bagi telur- telur ikan.
B. KELAS AMPHIBI
PERILAKU SEBELUM REPRODUKSI PADA PISCES
Ternyata hal tersebut juga benar dan berlaku di dunia hewan khususnya amfibi.
Para peneliti menemukan bahwa amfibi di seluruh muka bumi melakukan pesta kawin pada saat bulan purnama. Walaupun belum banyak diketahui, tetapi fenomena ini terjadi secara global. Semua spesies amfibi seperti katak, kodok, dan salamander melakukan aktivitas perkawinannya selama periode itu.
Pergerakan bulan yang tengah berada pada fase penuh umum dimanfaatkan hewan. Amfibi pun menggunakan siklus ini untuk mengumpulkan spesies katak jantan dan betina dalam waktu yang sama. Dengan demikian, potensi kesuksesan pembuahan telur dapat dimaksimalkan. 3 fase hidup pada amfibi yang dipengaruhi perputaran bulan, yakni fase pembiakan (breeding site), fase perkawinan (mating site), dan fase bertelur (spawning site). Spesies katak biasa Bufo bufo melakukan ketiga fase ini selama masa bulan purnama. Begitu pula dengan spesies katak Jawa Bufo melanostictus, yang melakukan fase perkawinannya dalam periode bulan purnama, di mana katak betina melakukan ovulasi pada saat berdekatan atau di waktu yang sama. Sementara spesies katak Rana temporaria melakukan fase bertelur pada bulan purnama. Perkawinan kadal juga dipengaruhi siklus bulan walaupun hasil yang ditunjukkannya tidak sejelas pada katak.
C. KELAS REPTIL
PERILAKU REPRODUKSI PADA REPTIL ( KADAL )
Musim kawin terjadi antara bulan Mei dan Agustus, dan telur komodo diletakkan pada bulan September. Selama periode ini, komodo jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan teritorinya dengan cara "bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri di atas kaki belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuh dan "terkunci" ke tanah. Kedua komodo jantan itu dapat muntah atau buang air besar ketika bersiap untuk bertempur. Pemenang pertarungan akan menjentikkan lidah panjangnya pada tubuh si betina untuk melihat penerimaan sang betina. Komodo betina bersifat antagonis dan melawan dengan gigi dan cakar mereka selama awal fase berpasangan. Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya mengendalikan betina selama bersetubuh agar tidak terluka. Perilaku lain yang diperlihatkan selama proses ini adalah jantan menggosokkan dagu mereka pada si betina, garukan keras di atas punggung dan menjilat. Kopulasi terjadi ketika jantan memasukan salah satu hemipenisnya ke kloaka betina. Komodo dapat bersifat monogamus dan membentuk "pasangan," suatu sifat yang langka untuk kadal.
Betina akan meletakkan telurnya di lubang tanah, mengorek tebing bukit atau gundukan sarang burung gosong berkaki-jingga yang telah ditinggalkan. Komodo lebih suka menyimpan telur-telurnya di sarang yang telah ditinggalkan. Sebuah sarang komodo rata-rata berisi 20 telur yang akan menetas setelah 7–8 bulan. Betina berbaring di atas telur-telur itu untuk mengerami dan melindunginya sampai menetas di sekitar bulan April, pada akhir musim hujan ketika terdapat sangat banyak serangga.Di samping proses reproduksi yang normal, terdapat beberapa contoh kasus komodo betina menghasilkan anak tanpa kehadiran pejantan (partenogenesis), fenomena yang juga diketahui muncul pada beberapa spesies reptil lainnya seperti pada Cnemidophorus.
Diduga bahwa adaptasi reproduktif semacam ini memungkinkan seekor hewan betina memasuki sebuah relung ekologi yang terisolasi (seperti halnya pulau) dan dengan cara partenogenesis kemudian menghasilkan keturunan jantan. Melalui perkawinan dengan anaknya itu di saat yang berikutnya hewan-hewan ini dapat membentuk populasi yang bereproduksi secara seksual, karena dapat menghasilkan keturunan jantan dan betina. Meskipun adaptasi ini bersifat menguntungkan, kebun binatang perlu waspada kerena partenogenesis mungkin dapat mengurangi keragaman genetika.
D. KELAS MAMALIA
PERILAKU REPRODUKSI PADA MAMALIA
Ciri dan aktifitas organ seksual jantan umumnya di tampilkna dalam bentuk pembesaran testes, timbulnya perilaku seksual yang sangat khas, perubahan warna rambut atau bau badan, serta penammpak assesori anggota tubuh yang snagat khas. Ukuran testes panjang x lebar sertaa kebeeradaan spermatozoa yang dapat membuahi merupakan indicator yang paling akurat untuk aspek kematangan organ seksual. Dalam penentuan ukuran testes, kondisi pengukuran yang umum di lakukan adalah lingkaran skrotum.
Pada satwa hidup, testes yang besar,konsistensi padat , menggelembung, dalam skrotum mudah terlihatdan cauda epididirmis yang terlihat melingkar menunjukkan satwa tersebut dalam posisi aktif secara reproduksi. Sedangkan testes yang berukuran relative lebih kecil dari normal, konsistensi lembek dan kadangkala testes berada di dalam abdominal, tidak seperti seharusnya, menanndakan satwa sedang tidak dalam keadaan aktif reproduksi. Testes pada kelelawar yang sedang tidak aktif beroproduksi terlihat menyusut atau naik keatas abdomen. Untuk mengetahui kualitas sperma suatu jenis satwa yang masih dalam keadaan hidup,koleksi sperma secara paksa diperlukan. Metode koleksi sperma dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain,melalui penggunaan vagina buatan. Masase atau elektroejakulator. Tapi pada stwa yang telah mati pengamatan secara seksama namun hasilnya terbatas dapat dilakukan dengan cara membelah jaringan testes berupa pemotongan secara longitudinal yterhadap cauda epidydymis dan melakukan koleksi sperma yang masih tersisa di alat reproduksi lewat cara pembilasan atau pun lewat cara penajajahan jaringan.alternatif lainnya adalah melalui pengamatan secara histology. Sebelumnnya dapat dilakukan dengan pengukuran marfometri terhadap semua organ dan kalenjer reproduksi. Guna kepentingan analisis hormone, cara yang paling akurat dan umum di lakukan adalah melalui pengumpulan sampel darah. Cara lain secara tidak langsung adalah lewat pengumpulan urin dan fesesuntuk kemudian di analisismetabolit steroid dari hormone reproduksi.
PERILAKU REPRODUKSI PADA BABI
Pubertas adalah periode saat organ-organ reproduksi babi pertama kali berfungsi dan menghasilkan telur atau sperma dewasa. Umur saat pubertas dicapai bertlainan antara bangsa-bangsa ternak dan juga antara anak babi sekelahiran. Factor-faktor hormonal yang bekecimpung untuk merangsang pubertas pada babi jantan dan babi betina belum banyak diketahui. Prgan utama yang mengontrol munculnya pubertas adalah kelenjar pituitary yang letaknya di dasar otak. Kelenjar ini menghasilkan dua hormone, yaitu FSH dan LH yang merangsang testis dan ovarium.
Faktor Makanan.- kurang makan yang ekstrem dapat menunda munculnya pubertas. Pembatasan makanan yang sedang atau moderat tidak akan menunda pubertas atau mempengaruhi fertilitas, tetapi bobot babi betina tersebut lebih rendah daripada yang diberi makan cukup.
Faktor Genetis.- Babi betina Landrace mencapai pubertas lebuh dini daripada babi betina Hampshire, Yorkshire dan Duroc yang diamati dari banyaknya yang berahi pada umur 6 bulan. Babi betina hasil persilangan juga mencapai pubertas yang lebih dini daripada babi betina murni.
Faktor Cahaya.- Babi betina yang dipelihara terkurung dengan kegelapan yang komplet memperpanjang umur mencapai pubertas. Babi betina yang dipilih untuk bibit seharusnya memperoleh cahaya 18 jam per hari.
Faktor Perkandangan.- Babi betina yang dipelihara terkurung lebih lambat mencapai pubertas dari yang dipelihara bebas. Babi betina yang dikandangkan atau ditambat individual juga menunda pubertas dan menekan tanda-tanda berahi.
Faktor Stres.- Stres tertentu, seperti transportasi, mencampur atau introduksi ke lingkungan yang baru dapat merangsang babi betina mengalami berahi.
Pengaruh Pejantan.- Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa introduksi pejantan ke sekelompok babi betina yang sebelumnya tidak berkontak dengan pejantan, merangsang dan menyebabkan sebagian babi betina tersebut berahi pada umur 4 bulan.
Betina yang berahi biasanya adalah agrsor pencari pejantan. Bila mereka bertemu, tingkah laku kawin dan bercumbu sampai kopulasi, terlihat perilaku kopulasi sbb:
1) Kontak cungur ke cungur.
2) Pejantan mencium alat kelamin betina (vulva).
3) Betina mencium alat kelamin jantan (penis).
4) Kontak kepala ke kepala, lagu bercanda, pejantan menggerut dan mulut berbuih dan kencing secara ritmk.
5) Pejantan berusaha menaiki betina tetapi betina menolak.
6) Pejantan berusaha meraih betina, mencungur legok dan bawah perut disrtai lagu bercanda.
7) Betina memperlihatkan respons tak bergerak (immobilitas).
8) Pejantan naik dan berkopulasi, perkawinan berlangsung 10 – 20 menit.
Peranan pejantan merangsang sikap mau kawin dari betina sangat penting. Sekitar 50% betina berahi biasanya akan berespons terhadap “uji naik” oleh pemelihara. Respons ini meningkat melampaui 90% bila pejantan hadir, atau bau pejantan tercium ataupun kehadiran pejantan terdengar oleh betina berahi. Ludah pejantan mengandung senyawa berbau yang merangsang betina berahi untuk menunjukkan sikap sedia kawin.
Ejakulasi betina biasanya didepositkan melalui corong serviks uterus yang sedang relax. Pada saat perkawinan kelenjar pituitary betina mengeluarkan hormone oksitoksin yang menimbulkan kontraksi ritmik uterus. Kontraksi ini membantu transportasi sel-sel sperma ke tuba fallopi untuk menunggu pengeluaran ovum dari folikel yang masak.
Setelah mencapai pubertas, biasanya babi betina menunjukkan berahi, atau estrus, setiap 18- 22 hari ( rata-rata 21 hari) kecuali siklus ini disela oleh kebuntingan atau kelainan reproduksi. Ada 4 fase yang jelas pada siklus berahi:
Proestrus
Proestrus adalah 3- 4 hari mendahului munculnya estrus. Kelenjar-kelenjar pituitary menghasilkan FSH yang menyebabkan folikel bertumbuh. Selagi folikel bertumbuh, meningkat juga produksi hormone lain, yakni estrogen. Estrogen ini menghambat produksi FSH selanjutnya dan mencegah perkembangan tambahan telur.
Estrogen juga menimbulkan sejumlah perubahan tingkah laku betina pada akhir fase proestrus. Perubahan-perubahan ini meliputi suka mengganggu pejantan, kegelisahan meningkat, menaiki betina-betina lain dan nafsu makan menurun. Selama periode ini babi betina mengeluarka suara khas merengut yang ritmik. Perubahan struktur yang disebabkan oleh level estrogen yang tinggi mencakup vulva yang membengkak dan memerah disertai penebalan dinding uterus.
Estrus
Estrus berlangsung selama 2-3 hari dan pada periode tersebut betina memiliki seksual reseptif terhadap jantan. Periode ini biasanya lebuh pendek pada babi betina dibandingkan babi induk. Telah diketahui bahwa lebuh banyak telur yang dilepas dari ovarium dalam 30-36 jam setelah mulai berahi dari waktu selebihnya dalam masa berahi. Banyak telur yangf di ovulassikan biasanya berkisar antara 14-25 butir. Laju ovulasi dipengaruhi oleh beberapa factor:
Faktor Pubertas.- Laju ovulasi seekor babi betina akan meningkat hingga siklus berahinya (estrus) yang ketiga.
Faktor Umur Induk.- Laju ovulasi meningkat terus hingga induk melahirkan anak yang ketujuh kalinya.
“Flushing”.- Konsumsi ransom seekor Babi betina yang ditingkatkan selama 10- 14 hari sebelum kawin akan meningkatkan jumlah telur yang di ovulasikan, tetapi berlaku hanya bila konsumsi makannya sangat dibatasi selama fase pertumbuhannya. Peningkatan laju ovulasi biasanya diimbangi oleh kematian embrio yang tinggi sehingga tidak nampak manfaatnya dalam banyak anak per kelahiran di saat melahirkan.
Tanda-tanda berahi yang diperlihatkan selama bagian akhir proestrus semakin nampak dalam fase estrus. Sekitar 12 jam setelah berahi mulai, betina memperlihatkan suatu sikap khas mau kawin, yaitu hanya dengan suatu tekanan ringan saja dilakukan pada punggungnya. Semua kaki kaku, punggung sedikit melengkung, telinga tegang mengarah kepala dan bai betina tersebut sangat susar digerakkan. Sikap respons tak mau bergerak ini disebut juga “ Lordosis Effect” berlangsung sekitar 3 hari sangat berarti benar bagi pemelihara untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengawinkan atau melekukan inseminasi buatan.
Fase berikut dari estrus adalah pembengkakan vulva yang memerah mulai berkurang dan lender keruh yang mengental muncul. Keaadaan ini berubah menjadi pucat, lendir menggantung pada akhir fase estrus dan besar vulva berkurang dan kembali ke warnanya yang normal.
E. KELAS AVES
Faktor atau penyebab terjadinya aktifitas reproduksi
Suhu dan waktu reproduksi – Banyak jenis burung mereproduksi awal musim semi tahun dengan temperatur tinggi, tetapi sedikit yang diketahui tentang pengaruh kausal suhu. Temperatur mungkin memiliki dampak langsung terhadap waktu reproduksi, tetapi korelasi mungkin juga tidak langsung, misalnya melalui fenologi makanan. Seperti perubahan iklim telah menyebabkan perubahan besar dalam waktu, adalah penting untuk memahami hubungan kausal untuk memprediksi masa depan dampak perubahan iklim. Visser et al. (2009) menguji efek langsung dari suhu pada tanggal petelur di Great Tits (Parus major) menggunakan climatized aviaries dalam tahun percobaan 6. pola Suhu dari dua tahun tertentu di mana populasi baik liar meletakkan awal (‘hangat’ perlakuan) atau akhir (‘dingin’ perlakuan) yang menirukan. Pemasangan tanggal dipengaruhi oleh suhu secara langsung. Karena suhu yang relevan mulai periode tiga minggu sebelum tanggal peletakan mean, dengan rentang hanya 4 ° C antara hangat dan perlakuan dingin, dan karena burung-burung itu diberi makan ad libitum, kemungkinan bahwa suhu bertindak sebagai isyarat yang agak dari mengangkat sebuah kendala energik pada awal produksi telur. Visser et al. (2009) juga menemukan korelasi tinggi antara tanggal peletakan mereproduksi individu baik dalam aviaries dan dalam, investigasi liar memvalidasi reproduksi burung liar di penangkaran. Hasil ini menunjukkan suhu yang memiliki efek langsung pada waktu pembiakan, merupakan langkah penting menuju menilai implikasi perubahan iklim terhadap waktu musiman.
Dewasa kelamin pada Burung Cendrawasih Kuning Kecil kurang lebih umur setahun. Tingkah laku kelamin didahului oleh mekanisme percumbuan. Pada proses percumbuan, burung jantan memperagakan tariannya di depan burung betina.
Pada proses perkawinan ini diakhiri dengan kopulasi. Pada saat kopulasi burung jantan menaiki punggung burung betina dan lamanya proses kopulasi kurang lebih 20 detik. Burung Cendrawasih Kuning Kecil bersifat poligami, burung jantan akan meninggalkan burung betina setelah perkawinan untuk mencari betina yang lain. Burung Cendrawasih Kuning Kecil membuat sarang pada tempat yang tinggi, yaitu di atas pohon yang besar. Sarangnya berbentuk mangkuk terbuat dari ranting-ranting
pohon yang ditutupi oleh daun dan akar yanq .kering. Pembpatan sarang umumnya dilakukan olh burung betina sendiri. Telurnya berjumlah satu sampai dua buah.
Anak juga dilakukan sendiri oleh burung betina.
Harus Jantan
Perkutut yang rajin berbunyi dan manggung dengan baik hanyalah yang jantan. Di alam bebas, anggungan burung jantan diperdengarkan untuk memikat calon pasangan betinanya.
Perbedaan kelamin jantan-betina pada perkutut muda, bisa diketahui dengan merabah supitnya (tulang yang terletak di bawah dubur dan di antara pangkal paha). Caranya, tubuh burung dipegang dengan tangan kiri, lalu diraba tulang supitnya dengan telunjuk kanan atau ibu jari. Kalau bagian supit itu terasa sempit dan keras, tak diragukan lagi, pasti burung jantan kalau terasa renggang dan empuk, pasti burung betina. Selain itu bentuk kepala burung jantan umumnya agak besar, lonjong memanjang, dan betinanya kecil agak membulat. Mendapatkan burung jantan saja belum cukup. Untuk mendapatkan calon penyanyi yang baik masih diperlukan sejumlah persyaratan, antara lain ciri-ciri berdasarkan katuranggan dan ciri mathi. Umumnya bakalan perkutut belum berbunyi yang bisa diharapkan jadi burung penyanyi, tanda-tandanya sebagai berikut:
Kepala
Bentuk agak lonjong memanjang (oval melancip seperti buah pinang muda) matanya bersinar ceriah, terang (warna biru muda atau coklat muda), titik hitam pada bola mata besar, bening. Paruh tebal, kukuh, tidak terlalu panjang. Lubang hidungnya menonjol tinggi ke atas,lubang hidungnya yang lebar tertutup/terlindungi sayap hidung, bersih.
Leher
Bentuk leher panjang, bagus, tegak lurus dengan posisi kepala yang terangkat seperti dongaknya ular kobra. pangkal leher mengembang, yang merupakan kantong suara.
Badan
Dada bidang, punggung agak bungkuk, dan warna lorek-lorek pada bulu badan lembut kulit ketiak lemas, tidak tegang. bulu sayap panjang. Bulu sayap yang pertama besar-besar tiap sayap terdiri dari 21 sampai 25 lembar bulu. Perkutut yang sudah bunyi sayapnya nglengsreh (turun ke bawah)., bodi badan singset.
Kaki
Sikap berdirinya sangat kokoh, mantap, dengan capit udang (tulang paha)kanan kiri merapat. Jari kaki panjang, sisik kaki kasar, tersusun rapih di bawah dan pada sisik akhir ditutup dengan sebuah sisik besar. Warna sisik agak kemerahan, kehitaman, pada telapak kaki bertitik putih.
Ekor
Bulu ekor panjang dan mengumpul, makin ke ujung makin mengecil. Tombol ekor alias brutu besar, tinggi meruncing dan mendongak ke depan. Burung bakalan dengan tanda-tanda seperti di atas, besar harapannya menjadi burung yang rajin manggung nantinya, kalau betul-betul dirawat dengan baik. Lebih bagus lagi kalau bakalan yang akan dibeli itu adalah burung yang telah cukup lama dipelihara orang, dan sudah berbunyi. karena yang paling tepat dalam memilih perkutut adalah dengan mendengarkan bunyi suaranya.
Dari pengamatan yang ada hanya ada beberapa saja yang mampu untuk menghasilkan jenis baru yang lebih ungul baik dari segi bentuk dan suaranya, inipun jarang sekali untuk dapat mempertahankan sampai keturunan berikutnya banyak sekali faktor yang sangat mempengaruhi keduanya. Sedang di Indonesia sendiri untuk menghasilkan jenis yang baru ini hanya sebatas ujicoba tidak seperti yang dilakukan oleh orang – orang eropa yang dapat mengasilkan jenis baru dan mempertahankan jenis tersebut sampai keturunan berikutnya.
Agar suatu perkawinan berhasil dengan baik, burung kenari betina haruslah menemukan burung kenari jantan jodohnya, untuk kemudian membuat sarang, bertelur dan memelihara anak anaknya. Ini semua terjadi dengan suatu pola yang dapat kita perhatikan sangat berurutan, bagi para peternak yang sudah lama akan sangat memperhatikan kejadian ini. Perkawinan silang ini juga sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya terutama sinar matahari dari luar, ini juga dapat dikatakan sebagai pemicu birahinya pejantan kenari, mengapa demikian karena sinar matahari dapat meningkatkan produksi hormon reproduksi bagi pejantan kenari ini sangat terbukti sekali apabila pejantan kenari kurang mendapatkan sinar matahari maka produksi telur yang dihasilkan tidak semuanya akan dibuahi. Gerakan dan nyayian pejantan ini akan merangsang burung betina sehingga akan meyebabkan burung betika segera membangun sarangya, disaat itu juga indung telur dalam burung betina akan berkembang dengan cepat dan bulu pada dada betina juga akan mengalami kerontokan sebagai akibat dari hormon sekunder yang ada dalam metabolisme tubuhnya. Kalau sarang selesai burung betinapun akan kawin dengan pasanganya, kegiatan perkawinan ini akan berlangsung berkali kali tergantung dari kedua burung itu, jika pasangan burung kenari ini cocok akan sangat cepat proses perkawinanya. Pembuatan sarang akan emncapai tahap akhir jika burung betika melapisi sarangya dengan bulu – bulu halus, biasanya diambil dari anakan kenari yang masih muda. Semua proses perkawinan silang ini terjadi dengan pola yang sama terus menerus, jika anda peternak kenari pasti anda akan tau.
Langkah- langkah sebelum mengamati aktifitas reproduksi
Pertama kali yang harus dilakukan ketika kita akan melakukan proses penangkaran burung kenari adalah memilih calon indukan. Calon indukan inilah yang akan menentukan kualitas dari anakannya nanti. Apabila kualitas dari kedua indukannya tidak bagus maka anakan yang dihasilkannya pun tidak akan berbeda jauh dari indukannya.
Dalam memilih calon indukan sebaiknya pilihlah indukan Jantan yang memiliki beberapa kriteria seperti : Berbadan besar dan panjang, volume keras, irama yang dilantunkannya enak di dengar, memiliki variasi lagu, serta memiliki mental yang baik. Sementara untuk calon indukan betina carilah yang berbodi besar, panjang, volume keras, serta bermental baik. Lebih baik lagi apabila kualitas pejantan sudah terbukti di lapangan ini akan berpengaruh pada kualitas mental, lagu anakannya nanti.
Untuk menjodohkan sepasang kenari hal pertama yang perlu dilakukan adalah ; dekatkan kandang kenari betina dengan kenari jantan dalam beberapa hari. Atau bila kenari betina ketika didekatkan langsung menunjukkan sifat birahinya yaitu biasanya ditandai dengan ngriwik serta badannya sedikit turun (ngeper) maka kenari jantan bias langsung dimasukkan ke kandan kenari betina. Tetapi apabila kenari betina belum birahi maka harus ditunggu sampai benar-benar siap dan ini akan memakan waktu 2 – 3 hari paling cepat atau 1 – 2 minggu paling lama.
Bila keduanya sudah jodoh dan kenari jantan mau mengawini betina maka jarak 3 hari setelah kedua burung tersebut kawin, kenari betina akan segera bertelur. Persiapan yang harus dilakukan sebelum kenari betina bertelur adalah dengan menempatkan daun cemara angina yang sudah kering, bisa juga dengan sabuk kelapa pada kandang tersebut agar kenari betina segera menyusun sarang dan biasanya dibantu dengan kenari jantan. Namun agar mempermudah dalam proses pembuatan sarangnya harus kita bantu sedikit yaitu dengan menyediakan tempat sarang yang sudah banyak tersedia di kios-kios burung, atau dengan membuat sendiri kotak dari kardus atau tripleks. Pada kotak tersebut kita masukkan sedikit daun cemara kering atau sabuk kelapa agar kenari betina segera terpancing untuk membuat sarangnya.
Kenari betina akan bertelur sebanyak 3 atau 4 bahkan bisa juga lebih dari itu tergantung dari kualitas burung itu sendiri. Namun pada umumnya maksimal jumlah telur burung kenari adalah 3. Pemberian makanan seperti, telur puyuh rebus dan sayuran harus diberikan setiap hari ketika burung kenari jantan dan kenari betina dijodohkan dan masa kawin.
Setelah habis masa bertelur biasanya kenari betina langsung mengeram. Masa pengeraman biasanya berlangsung selama lebih kurang 14 hari (2 minggu). Pada masa-masa itu indukan betina jarang sekali makan atau minum. Oleh karena itu berilah secara rutin vitamin khusus untuk stamina burung yang banyak tersedia di toko/kios burung, agar stamina burung kenari betina tetap terjaga serta usahkan makanan selalu tersedia. Hal ini bertujuan agar pada saat telurnya nanti menetas indukan betina akan senantiasa meloloh anakannya dengan baik.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Salah satu segi terpenting pada makhluk hidup adalah kemampuannya mengembangbiak (reproduksi). Reproduksi makhluk hidup merupakan suatu proses dalam usaha mempertahanka beradaan jenisnya di alam. Ada dua cara beda pada makhluk hidup dalam membentuk keturunan, yaitu reproduksi secara seksual dan secara aseksual. Setiap kelahs pada hewan vertebrata memiliki perilaku yang berbeda-beda, salah satu contohnya adalah pada amfibi para peneliti menemukan bahwa amfibi di seluruh muka bumi melakukan pesta kawin pada saat bulan purnama. Mamalia,aves,reptilia,dan pisces memiliki perilaku yang berbeda-beda disaat atau sebelum melakukan reproduksi. Serta teknik atau langkah-langkah yang harus dikuasai sebelum mengamati aktifitas repduksi, sehingga mudah didalam mengamati aktifitas-aktifitas hewan ketika melakukan reproduksi. Serta faktor-faktor yang menyebabkan hewan bereproduksi, dengan begitu kita mengetahui apa-apa saja yang mempengaruhi munculnya aktifitas reproduksi pada hewan.
SARAN
1. Cintailah alam sekitar yang telah dianugerahi oleh Allah Swt, dengan mempelajari perilaku dari berbagai kelas vertebrata kita akan semakin dekat dengaNya.
2. Mulailah peka terhadap segala tingkah laku hewan, dengan begitu kita dapat memahami dan mendalami ilmu ethologic.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar